Wednesday, April 08, 2009

Pantas(an) Mati

Siapa kita yang menentukan hidup mati seseorang, mungkin memang belakangan ini sedikit sekali update berita mengenai si ’Jagal Jombang’. Sedikit beritanya belakangan ini bilang kalo hukuman yang akan di berikan adalah vonis mati. Sebagai pipomon, mungkin sedikit naif mengatakan kalo rasanya tidak pantas kalo kita yang memutuskan hidup matinya seseorang. Emang pipo ga ngerasaain kehilangan sanak sodara seperti para korban yang meninggal sebanyak lebih kurang 12 orang tersebut. Sebagai Ryan dia juga tidak pantas membunuh orang lain dengan tujuan hanya untuk mendapatkan harta mereka. Tapi sebagai manusia kita juga ga pantas memberikan hukuman mati begitu saja. Karena dendam terlebih lagi, bisa juga kita hanya merasakan kepuasan saat melihat orang tesebut mati. Tapi kalo seperti itu apa ga mungkin kita juga sama seperti si Ryan yang merasa puas setelah membunuh orang lain. Hmmmmm..... brrrrrrrrr.... merinding pipo ceritanya.

Ini mungkin tidak sama dengan apa yang dilakukan oleh Ryan, tapi ini katanya pernah ada cerita saat jaman perang di Arab sono, ceritanya begini. Seorang pembunuh yang telah membunuh sebanyak 99 orang merasa menyesal setelah membunuh sebanyak 99 orang tersebut lalu dia berusaha menemui seorang ahli agama dan meminta untuk bertobat dan bekonsultasi, namun sayangnya seorang ahli agama yang ditemuinya ini mengatakan wah sudah tidak bisa sudah pasti akan masuk neraka. Karena takut dan kesal si pembunuh ini membunuh si ahli agama sehingga korbanya genap menjadi 100 orang. Setelah itu dia merasa bersalah dan berusaha mencari lagi seorang ahli agama. Alkisah dalam pencariannya ini, dengan penuh kesungguhan, dia menemui ajalnya. Konon kabarnya dengan kesungguhannya dalam mencari pertobatan dia akhirnya diterima tobatnya dan menjadi orang yang dicatatkan akan masuk surga.

Emang melenceng dan hanya sekedar cerita, namun yang intinya adalah bahwa kejahatan seperti apapun bukan kita yang melihat kesungguhan dia untuk bertobat atau bukan. Seperti yang diberitakan juga dalam berita, bahwa si Ryan ini terlihat seperti mencari simpati dengan berpakaian alim dan santun. Emang pipo juga melihat hal itu seperti demikian. Tapi setelah teringat cerita seperti ini, pipo jadi berfikir lagi emang bukan kita yang bisa melihat kesungguhan hati seseorang apakah dia melakukan dengan jujur atau hanya mencari simpati. Terlebih lagi sampai meminta agar sebaiknya dia diberi hukuman mati.

Sebuah ilmu hukum yang sempet pipo denger dari berita juga mengatakan, hukuman mati itu apa emang pantes ato tidak buat seseorang. Eh bukan pasal seh tapi sekedar omongan. Dia kira-kira mengatakan seperti ini, harus dilihat dulu apakah orang ini memang meresahkan warga bila memang hidup maka baiknya di hukum mati, atau sebaiknya hanya di penjara seumur hidup. Hmmm.... Hukum Rimba, eh ato Kerimbaan Hukum. Wah pipo mulae pusing deh klo dah gini. Lanjut lain waktu ajah.

Note: To Be or not To Be...... emang mantep neh yang buat naskah

1 comment:

fucking cunt said...

untuk kasus kayak ryan gini emang perlu adanya efek detterence secara special maupun general..hal yang dibutuhkan untuk memenuhi general detterence (efek jera untuk masyarakat agar tidak melakukan kesalahan yang sama)adalah certainty, celerity, dan severity dari hukum..certainty maksudnya adalah pasti. Hukuman yang dijatuhkan berkekuatan tetap dan berada pada koridor pasal yang disepakati..celerity adalah cepat atau lambatnya proses sidang hingga penjatuhan hukuman. Hal ini diperlukan untuk menunjukkan kepada masyarakat mengenai tanggapnya aparat/sistem hukum dalam memproses tindak pidana yang terjadi..Yang terakhir adalah severity, yaitu berat-ringannya hukuman yang dijatuhkan kepada terdakwa terkait dengan tindak kriminal yang dia lakukan..jadi menurut gw, meskipun jika dilihat dari kaca mata HAM hukuman mati itu adalah suatu hal yang haram, tapi itu halal dilakukan untuk menegakkan social & legal order dalam special case ky gni..