Mutu pendidikan Indonesia selamanya tidak akan bisa ditingkatkan. Melihat begitu banyaknya permasalahan yang dihadapi mulai dari hal terpenting dalam pendidikan sampai hal yang krusial bagi pendidiknya. Sampai bertahun-tahun kedepan mungkin selamanya akan terus menurun.
Dibandingkan negara lain, kita ambil contoh tidak perlu yang jauh-jauh sampai menyebarangi benua cukup yang peling dekat saja negeri jiran contohnya, dulu pada beberapa tahun yang lalu sekitar tahun mereka yang belajar ke Indonesia, tapi sekarang yang terjadi adalah sebaliknya. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa mutu pendidikan di Indonesia bisa semakin menurun. Padahal katanya ada beberapa pelajar asal Indonesia yang bisa menjuarai kejuaraan sains, fisika, matematika, dan beberapa pelajaran hitung-menghitung dan angka-mengangka lainnya. Tapi ternyata hal itu masih belum bisa mengangkat mutu dan kualitas pendidikan Indonesia.
Sebagai perbandingan, Indonesia memiliki nilai standar kelulusan sekitar angka 4, yang katanya juga dengan angka segitu banyak yang tidak lulus dari ujian dan banyak yang mengulang. Sedangkan Malaysia memiliki angka standar lulus lebih tinggi dari itu. Jika Indonesia juga tidak mau kalah dan meningkatkan standar nilai untuk menjaga gengsi mungkin makin lebih banyak yang tidak lulus.
Masalah utama yang menjadikan mutu pendidikan menurun, jika ditarik jauh pasti berujung dengan masalah keuangan, atau biasa yang disebut dengan UUD, ujung-ujungnya duit. Masalah duit atau uang atau istilah kerennya perekonomian memang menjadi masalah utama di Indonesia ini semenjak 10 tahun kebelakang. Harga bahan pokok yang terung naik, BBM yang terus nambah harganya, Jakarta yang terus macet, loh apa hubungannya. Mungkin terlihat tidak ada hubungannya, tapi ternyata ada. Kemacetan membuat orang membuang waktu percuma dan pemborosan biaya sebesar beberapa trilyun rupiah, bensin yang terbuang percuma beberapa trilyun rupiah dan beberapa hal lainnya.
Dengan melambungnya seluruh kebutuhan hidup ditambah lagi dengan kecilnya gaji seorang guru, merupakan kombinasi yang pas menyebabkan kenapa tidak banyak orang yang ingin menjadi guru. Karena menjadi guru tidak akan bisa memenuhi keperluan hidup mereka dengan mengandalkan uang dari penghasilan mengajar mereka sendiri. Maka merekapun akhirnya ada yang mencari pekerjaan di lain tempat selain menjadi pengajar, seperti tukang ojek, pemulung, sopir angkot, dan lain-lain.
Kerja dobel atau dobel job istilah mutakhirnya, demi mendapatkan penghasilan yang lebih memadai, para guru memilih untuk melakukan pekerjaan dobel. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh pada kondisi fisik para guru dan secara langsung mempengaruhi kualitas mengajar mereka.
Sayang seribu sayang, mengetahui hal ini pemerintah tidak melakukan apa-apa untuk mengatasi hal ini. Terlihat pemerintah tidak memberikan tanggapan yang berarti. Walaupun kabarnya gaji guru akan mendapatkan perhatian lebih tapi dengan tidak membaiknya kondisi ekonomi Indonesia sampai kapanpun rasanya masalah ini tidak akan selesai. Seandainya seluruh orang Indonesai lebih menghargai hak orang lain mungkin tidak akan terjadi seperti ini.
No comments:
Post a Comment